Kue Pia Buatan Bu Riris Tidak Pernah Sepi Pembeli
Krisis moneter di Indonesia yang terjadi pada 1997, adalah awal dari perjalanan
Ibu Riris Suhendar menjadi seorang pengusaha kue pia. Akibat krisis moneter, ia
bersama ratusan karyawan lain di PHK dari perusahaan tekstil tempatnya bekerja.
Dengan modal uang pesangon yang yang jumlahnya tidak besar, ia mulai merintis
usaha rumahan membuat kue pia. Hingga akhirnya mengantarkan dia menjadi
pengusaha kue yang sukses.
Menurut ibu dua anak
itu, ketika masih lajang, dirinya pernah bekerja di pabrik roti di Semarang,
selama 5 tahun. “Makanya, ketika saya di PHK, saya belajar memberanikan diri
membuat kue pia dan menitipkan ke warung-warung. Tidak sangka, ternyata kue pia
buatan saya laris, hingga saya mulai cari tenaga kerja.”
Sedari awal memulai
usaha, ibu berparas ayu itu memegang prinsip, kue buatannya akan digemari
konsumen jika enak dan bermutu. Artinya dalam menjalankan usaha yang harus
dijaga terutama adalah kualitas. Biarpun harga bahan baku naik turun, tetapi
yang penting adalah mutunya harus tetap dijaga. Tidak ada istilah mengganti
bahan baku dengan kualitas lebih rendah meski harga sedang naik.
Bila semula, ia hanya
memanfaatkan rumah tinggalnya di daerah Candi, Semarang, untuk membuat kue.
Sejak, delapan tahun lalu, dirinya telah membangun tempat usaha yang khusus
untuk memproduksi kue pianya. “Kue pia saya, sengaja tidak ada mereknya, Sebab
lebih gampang menjualnya. Selain itu, ada pedagang besar yang menjadi pelanggannya membuat kemasan sendiri dan memberi
merek sendiri pula.”
Saat ini, untuk sekali
produksi Bu Riris bisa menghabiskan bahan baku tepung terigu hingga 75 sak. Dengan dibantu 60 orang karyawan di
bagian produksi, dan puluhan tenaga pemasaran, kue pia Bu Riris bisa dipasarkan
hingga Salatiga, Solo, Surabaya, bahkan sampai ke Bali. “Pernah juga ada
pedagang dari Jakarta dan Sumatera yang pesan, namun sekarang tidak lagi.”
Kue pia produksi Bu
Riris diambil pedagang dengan harga berkisar antara Rp 500 hingga Rp 650, dan
di warung atau di toko-toko harga menjadi Rp 1000. “Itu harga yang ekonomis dan
mungkin termasuk murah, namun kuenya tidak murahan dan tetap bermutu dan bergizi.
Apalagi, kami tidak memakai pengawet, jadi semua bahan yang kami pakai sehat
dan aman dikonsumsi.”
Ibu yang lebih suka
mengenakan kain kebaya itu mengaku tidak bisa menghitung keuntungan tiap bulan.
“Biasanya, tiap tiga bulan atau enam bulan, saya baru meliohat catatan
pembukuan. Baik pembukuan untuk barang baku, jumlah produksi, dan hasil
penjualan. Dari situ baru dapat dilihat, ada keuntungan atau tidak.”
Yang pasti, katanya,
besarnya keuntungan tidak bisa dipastikan, Bisa saja tahun kemarin kami untung,
namun bisa juga tahun ini sudah enam bulan berjalan, belum ada keuntungan yang
masuk.
“Prinsip saya, yang
penting setiap hari bisa produksi dan tetap bisa membayar pekerja. Saya pikir,
semua usaha sama saja, terkadang untung, terkadang tidak. Jadi kami tidak bisa
mematok keuntungan yang mesti diraih,” ungkap Bu Riris sambil menambahkan,
dengan keuntungan yang tidak pasti, maka seorang pengusaha harus bisa mengatur
penggunaan keuntungan dengan benar.
Meski sudah menjadi
usahawan yang sukses, Bu Riris tetap bersahaja. Ia segan-segan membantu
tetangga sekitar yang butuh bantuan. Betapa tidak, di lingkungannya ia dikenal
sebagai penyedia lapangan pekerjaan.
Seluruh karyawannya
adalah warga sekitar. Bu Riris juga menganggap seluruh karyawannya sebagai keluarga
sendiri. “Semua saya anggap sebagai keluarga sendiri. Apa yang saya makan, sama
dengan yang mereka makan. Bahkan kebutuhan mereka lebih didahulukan.”
Bu Riris juga tidak
pelit berbagi ilmu. Bagi siapa saja yang ingin memulai usaha ia menyampaikan
beberapa pesan. Pertama, buatlah produk yang higinis, bermutu, enak dan harga terjangkau.
Kedua perhatikan persaingan yang ada. Seorang pengusaha harus bisa membaca
tingkat persaingan dilokasi tempat produksi di pasarkan. Bila di suatu kota
tertentu sudah banyak barang sejenis, lebih baik mencari tempat lain untuk
memasarkan produk.
Ketiga,
yang tidak kalah penting adalah menentukan harga, ujar Bu Riris. Seorang pengusaha
harus jeli menentukan berapa besar harga barang yang diproduksi. Keempat, harus
bisa jelas memilih konsumen dan menentukan pasar, ujar Bu Riris menutup
pembicaraan.(ist)
"Selamat siang Bos 😃
BalasHapusMohon maaf mengganggu bos ,
apa kabar nih bos kami dari Agen365
buruan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
ayuk... daftar, main dan menangkan
Silahkan di add contact kami ya bos :)
Line : agen365
WA : +85587781483
Wechat : agen365
terimakasih bos ditunggu loh bos kedatangannya di web kami kembali bos :)"