Jembatan Kaca Nan Indah Hubungkan Dua Kampung Warna-Warni


Dua permukiman kumuh, Kampung Jopidan dan Kampung Tridi yang berada di bantaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Brantas Kota Malang, Jawa Timur, disulap menjadi kampung warna-warni yang indah. Bahkan, kini dilengkapi dengan jembatan kaca yang menghubungkan dua desa itu. Tak heran, jika kini banyak dikunjungi para pelancong.

Belum lama berselang, Wali Kota Malang Mochamad Anton meresmikan Jembatan Kaca Ngalam Indonesia. Jembatan yang disebut-sebut mirip dengan jembatan kaca di Zhangjiajie, China itu menjadi jalan penghubung antara dua kampung wisata  (kampung warna-warni) yang berada di bantara Kali Brantas yang mengaliri Kota Malang.
Wali Kota mengatakan sebelum diubah menjadi kampung warna-warni, Kampung Jopidan dan Kampung Tridi merupakan permukiman kumuh di bantaran kali yang akan digusur. Namun, sejak ditata dengan apaik dan seluruh rumah yang jumlah ratusan dicat warna-warni oleh para pencinta lingkungan yang dibantu polisi, tentara, mahasiswa dan masyarakat sekitar, kini pemerintah kota urung menggusur dan malah dijadikan kawasan wisata.
Apalagi, kata Wali Kota, setelah jembatan kaca dibuka untuk umum, semakin banyak wisatawan yang mengunjungi kampung warna-warni di sini. Tidak sedikit, para wisatawan yang datang menjadikan jembatan kaca ini sebagai spot foto.
            Menurut Sutomo, penduduk setempat, dua kampung warna itu berada di dua kelurahan yang berbeda. Kampung Jopidan berada di Kelurahan Jopidan dan Kampung Tridi berada di Kelurahan Kesatrian. “Dulu kumuh dan mau digusur, sekarang tampak bersih, bagus, dan keren. Pinggir kali yang dulu kotor penuh samaph sekarang bersih.”
Yang membuat kampung warna-warni itu, ceritanya, awal tahun 2016, ada sejumlah mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sedang pratek latihan kerja di pabrik cat, PT Inti Daya Guna Aneka Warna (Indana), Malang, mereka jalan-jalan kesini dan merasa prihatin dengan kondisi kampung. Padahal letak kampung itu kalau dilihat dari kejauhan memiliki landskap yang bagus. Mereka menghubungi pejabat dan tokoh masyarakat setempat dan di bantu pabrik cat, mengubah Kampung Jopidan jadi kampung warna-warnai.
Beberapa bulan kemudian, kampung di seberangnya, yakni kampung Tridi di Kelurahan Kesatrian juga membangun inovasi yang sama. Karena dua kampung itu berada di bantaran kali yang berbeda maka dibangun jembatan kaca yang menghubungan kedua kampung warna itu.
Sementara itu, Wali Kota Anton mengatakan, Jembatan Kaca Ngalam Indonesia
didesain oleh Mahatma Aji dan Khoirul, mahasiswa teknik sipil UMM. Jembatan itu dibangun dalam waktu lima bulan dan didanai oleh Corporate Social Responsibity (CSR) PT Indana.
Jembatan itu dibangun dengan model jembatan gantung. Berwarna kuning emas dengan panjang 25 meter dan lebar 1,25 meter pada ketinggian 9,5 meter. Jembatan itu diperkirakan dapat menampung sekitar 50 orang dengan beban berat 250 kilogram. Meski namanya jembatan kaca, tidak seluruh lantai jembatan terbuat dari kaca. Lantai kaca hanya ada pada tengah-tengah lantai jembatan itu.
Anton menyatakan, Jembatan Kaca Ngalam Indonesia ini merupakan destinasi wisata baru yang menguji adrenalin. Sekaligus penghubung Kampung Warna-warni dan Kampung Tridi yang namanya sudah tersohor tidak hanya skala nasional melainkan internasional.

Peringatan bagi pengunjung
Menanggapi diresmikannya Jembatan Kaca yang membelah Sungai Brantas, Direktur Utama Perum Jasa Tirta I Malang, Raymond Valiant Ruritan, mengungkapkan, berdirinya jembatan kaca yang menghubungkan Kampung Warna-warni Jopidan dan Kampung Tridi menambah daftar panjang bahaya yang mungkin terjadi. Apalagi, jembatan itu dibangun di atas Sungai Brantas dengan cagak jembatan berada tepat di pinggir aliran sungai. “Penampang sungai harus diperhatikan. Jangan sampai mengganggu alirannya kalau terjadi banjir."
Melihat bahaya yang mungkin terjadi, Raymond meminta Pemerintah Kota Malang untuk mempersiapkan upaya mitigasi terhadap seluruh kemungkinan bencana yang akan terjadi. Selain itu, ia juga meminta supaya ada sistem peringatan dini bencana banjir di lokasi itu. Sebab, jika banjir terjadi, debit air akan naik sekitar tiga sampai empat meter. Hal itu sangat berbahaya untuk aktivitas wisata.
Menurutnya, banjir di sepanjang aliran Sungai Brantas tidak bisa diprediksi. Banjir yang termasuk paling besar terjadi pada tahun 2007 dan 2010. "Terakhir terjadi pada tahun 2007 kemudian tahun 2010," katanya.
Raymond juga meminta supaya ada papan peringatan di lokasi itu. Peringatan akan bahaya yang kemungkinan terjadi dan peringatan supaya wisatawan tidak membuang sampai ke sungai. "Jangan lupa untuk pengunjung kalau di situ sewaktu-waktu air bisa naik. Supaya orang yang lagi foto-foto tidak sampai terkena musibah," jelasnya.
Selain memperingatkan soal bahaya yang kemungkinan terjadi, Raymond juga mempertanyakan izin pembangunan jembatan itu. Ia menjelaskan, izin pembangunan di sepanjang aliran Sungai Brantas berada di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Sebab, Sungai Brantas termasuk dalam sungai strategis nasional.
Meski demikian, proses perizinan tetap melalui Perum Jasa Tirta I selaku pengelola.
"Kami menerbitkan pertimbangan teknisnya. Harus aman terhadap banjir," katanya.
Ada sejumlah persyaratan yang dibuatnya sebagai pertimbangan teknis. Salah satunya adalah syarat ketinggian jembatan. Raymond menuturkan, jembatan itu harus dibangun setinggi 1,5 meter di atas muka banjir tertinggi.(ist/malang)

1 komentar:

  1. "Selamat siang Bos ��
    Mohon maaf mengganggu bos ,

    apa kabar nih bos kami dari Agen365
    buruan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
    ayuk... daftar, main dan menangkan
    Silahkan di add contact kami ya bos :)

    Line : agen365
    WA : +85587781483
    Wechat : agen365


    terimakasih bos ditunggu loh bos kedatangannya di web kami kembali bos :)"

    BalasHapus

Gambar tema oleh caracterdesign. Diberdayakan oleh Blogger.