Festival Destika 2017 Pemalang Membangun Desa Berbasis Teknologi Informasi Komunikasi
Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika (Dirjen Aptika) Kemenkominfo, Semuel Abrijani Pangerapan BSc memukul gong tanda Festival Destika 2017 dibuka. |
Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, baru saja didapuk sebagai tuan rumah Festival
Destika 2017, yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). Tentu saja banyak hal yang bisa dipetik dari acara yang
diadakan saban tahun itu. Lantas, seperti apa kemeriahan serta antusiasme
masyarakat menyambutmya?
Berikut hasil reportase wartawan CekPOIN Indonesia dan
Pos Desa Nusantara yang disajikan oleh Muslichin Asaduddin untuk pembaca.
Siang itu,
Selasa, 21 November 2017, cuaca di Kawasan Wisata Turangga Seta, Dusun
Karangpoh, Desa Pulosari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, begitu cerah.
Langit yang berselimut awan tipis, tampak bergurat kebiru-biruan, padahal
beberapa hari sebelumnya, tempat rekreasi ini semaptdiguyur hujan lebat.
Di temani cuaca
yang bersahat, tak heran jika ratusan penari kuda lumping yang diundang untuk memeriahkan
pembukaan Festival Desa Teknologi Informatika dan Komunikasi (Destika)
ke-5, 2017, dapat berlenggang-lenggok dan berjingkrak-jingkrak dengan penuh
semangat. Ratusan penonton dan seluruh hadirin yang memenuhi area pembukaan
tampak sangat terhibur dan memberikan aplaus
yang tak henti-henti.
Menteri
Komunikasi dan Informastika (Menkominfo) Rudiantara yang semula diagenda akan
membuka acara, ternyata berhalangan. Dia
diwakili oleh Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika (Dirjen
Aptika) Kemenkominfo, Semuel Abrijani
Pangerapan BSc
Meski tiada menteri, acara tetap
berlangsung dengan meriah. Pesertapun tampak antusias mendengarkan kata
sambutan yang disampaikan Dirjen Semuel. Dalam ujaran pembukaan, dirjen menyatakan,
Festival
Destika di Pemalang ini, sebagai wahana berbagi pengalaman dan pengetahuan bagi
para penggiat desa dalam upaya mengembangkan sistem informasi dan kemajuan
desa.
Dengan teknologi
Informatika dan komunikasi (TIK), papar Dirjen semuel, masing- masing desa bisa saling berbagi
informasi dan meningkatkan potensi desanya dalam sektor pertanian, wisata,
UMKM, pendidikan, usaha produktif, dan lainnya. Dengan demikian maka setiap
desa bisa saling memotivasi untuk mengembangkan dan memajukan desa.
Desa di pilih
sebagai salah satu pusat pengembangan teknologi, katanya, bukan tanpa alasan.
Dan, tentu saja banyak yang bertanya-tanya, mengapa memilih desa?. “Pada
kesempatan ini, saya ingin jelaskan, desa merupakan unit terkecil tata kelola
pemerintahan Indonesia, sehingga apabila bisa kita benahi, maka Indonesia juga
bisa kita benahi. Indonesia sekarang sedang menuju era digital, era di mana
kita tidak bisa mengelak. Oleh karena itu, dalam pandangan saya, sangat penting
mempelajari dan mengadaptasi teknologi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ini semua untuk kemakmuran kita,” terangnya
sembari mengatakan yang menjadi sentral pembangunan adalah manusia, teknologi
hanya membantu, teknologi bukan menguasai manusia. Tetapi
manusialah yang harus mengatur teknologi, khususnya bagi para warganet.
Di era industri
generasi keempat saat ini, menurut Semuel, Indonesia perlu mengadopsi
kemajuan teknologi, demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.“Teknologi mesti
dipakai untuk meningkatkan kecerdasan dan meningkatkan kemakmuran bagi
masyarakat Indonesia”. Dengan adanya dinamika teknologi, Dirjen Aptika
mengakui, banyak negara maju mengurangi tenaga kerja manusia dan menggantikan
dengan robot. Tetapi tidak demikian dengan Indonesia.
“Indonesia memiliki
begitu banyak tenaga kerja produktif yang harus di berdayakan, supaya mereka bisa
berkarya dan berproduksi. Dengan demikian keberadaan SDM kita yang kreatif dan
inovatif tidak bisa digantikan dengan robot. Itulah mengapa kita harus
beradaptasi ataupun melakukan transformasi menuju era digital untuk
kesejahteraan kita," katanya.
Medsos jangan
hoax
Tidak hanya
manfaat positif, kemajuan TIK, baik di kota maupun desa, juga bisa menimbulkan
dampak negatif, bila dipakai dengan tidak bertanggung jawab. “Untuk itu sangat penting bagi kita untuk mempelajari TIK demi kemajuan. Bukan
sebaliknya, teknologi justru menjerumuskan kita.”
Ia menyebut, akhir-akhir ini sering terjadi, masyarakat menggunakan media sosial (medsos) dengan
keliru. Membuat berita hoax, fitnah, pornografi, penipuan dan lain-lain,
akibatnya kesalahan dalam meberapkan teknologi, maka menyebabkan kasus hukum
dan menimbulkan permusuhan. Padahal, jika dimanfaatkan dengan benar medsos
dapat menciptakan kedekatan, persatuan dan kesatuan
diantara warga masyarakat.
Yang tidak
kalah penting, jika masyarakat mampu memanfaatkan kemajuan TIK
secara sehat, aman, cerdas, kreatif, dan produktif, maka
akan menciptakan desa yang inspiratif, sebagai pelopor
percepatan pembangunan ekonomi desa.
“Contoh yang dekat dengan kita adalah
gojek. Peluang bisnis yang mendunia ini
tercipta berkat kemampuan orang yang memanfaatkan kemajuan TIK dengan baik.
Saat ini gojek sudah menyerap tenaga kerja lebih dari 400 ribu orang. Masih
banyak lagi ojek-ojek online yang lain. Bahkan perkembangan, taksi online, toko
online dan bisnis startup terus berkembang.”
Tentu saja, ujar Semuel, masyarakat yang
hidup di desa ber-TIK, dapat melakukan hal yang sama untuk mendongkrak
perekonomian rumah tangga maupun kemajuan ekonomi desa. Misal, memasarkan hasil
pertanian melalui medsos, membuat toko online dan sebagainya. Jadi, di era ekonomi digital
sekarang ini, sangat terbuka peluang-peluang bagi masyarakat desa untuk menjadi
pengusaha, jika mampu memanfaatkan TIK dengan bijaksana.
“Dulu kita untuk berdagang, kita harus
punya modal besar, ratusan juta. Sekarang tidak perlu, tanpa modal sekalipun,
kita sudah bisa menjadi seorang pedagang. Kita cukup memiliki website, kita
sudah bisa menawarkan barang-barang kita ke toko-toko atau ke siapa saja yang
kita kehendaki, untuk melebarkan jaringan market.”
Sebelum TIK dikenal, terang dirjen,
pedagang hanya bisa menjual pada kalangan tertentu yang sangat terbatas. Tetapi
sekarang, dengan memanfaatkan TIK, pedagang dengan mudah dapatv memasarkan barangnya
ke seluruh wilayah Indonesia. Bahkan, sangat terbuka untuk memasarkan ke
mancanegara. Itulah keunggulan TIK bila dipakai secara benar dan bertanggung
jawab.
Selain untuk kepentingan ekonomi, ujar
Semuel, TIK juga dapat dipakai untuk tujuan yang lain.“Pada acara pembukaan
tadi, saya sangat antusias, sampai-sampai saya tertarik untuk ikut nari kuda
lumping. Itulah tarian yang sangat saya senangi sejak masih kecil. Saya ingin
sampaikan, tarian kuda lumping merupakan warisan leluhur dan sudah menjadi budaya
di masyarakat. Meski kita sudah hidup di zaman dengan teknologi maju, namun
budaya kita harus tetap dipertahankan. Kita harus memegang prinsip, teknologi harus
memperkaya budaya, bukan menggantikan budaya.”
Sebagai kata penutup, ia mengajak seluruh peserta
festival untuk menggunakan teknologi dengan tepat dan bertanggung jawab, demi
kesejahteraan bersama. Sebelum meninggalkan panggung acara, Dirjen Aptika
memukul gong, sebagai pertanda dimulainya acara Festival Destika.
Tunjang ekonomi
desa
Pada Festival
yang mengusung tema Hamparan Bumi Pemalang Pusere Jawa, Desa Bersuara untuk Indonesia, Bupati
Pemalang H Junaedi SH MH sebagai tuan rumah menyambut dengan ramah seluruh tamu
undangan, para peserta dan relawan TIK dari seluruh desa di Tanah Air.
“Mari kita berkumpul, mari kita bersatu dalam rangka
membawa kemajuan desa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ujarnya sambil
mengajak para peserta untuk menyamakan persepsi tentang membangun
desa.
Program desa
membangun, tambah bupati, merupakan program pemerintah yang masuk Nawa Cita
Presiden Joko Widodo. Sesuai amanat UU Desa Pasal 86 menerangkan tentang TIK
berperan dalam membangun desa.
Entah apa yang
menjadi pertimbangan pemerintah, hingga pada tahun ini, Kabupaten
Pemalang di percaya menjadi tuan rumah festival Destika kelima, yang di ikuti
oleh desa-desa dan Dinas Komunikasi dan Informatika seluruh Indonesia,
mereka berkumpul dan saling berbagi pemanfaatan teknologi, ungkap Junaedi
merendah.
Namun, menurut
Fajar, Ketua Relawan TIK, pemilihan Pemalang sebagai tuan rumah Festival
Destika kelima, karena desa-desa di kabupaten ini desa-desanya dinilai menjadi
yang terbaik dalam penggunaan dan pemanfaatan teknologi, informasi dan
komunikasi.
Bupati Junaedi
meneruskan, “kami sengaja memusatkan seluruh kegiatan festival ini di Desa
Pulosari Kecamatan Pulosari. Sebab di tempat itu ada lokasi tujuan wisata yang
perlu dikenalkan kepada seluruh peserta. Di Pulosari ada destinasi Turangga
Seta yakni wisata berkuda. Disini, para wisatawan bisa menikmati pemandangan
yang begitu indah dan asri, sambil menunggang kuda,” ujar bupati berpromosi.
Kembali ke pokok
acara, katanya, festival ini akan berlangsung selama tiga hari ((21-23
November). “Saya dapat sampaikan, secara umum tujuan Festival Destika untuk
memberikan informasi dan pengetahuan mengenai regulasi terbaru, dan
pengembangan TIK di pemerintah daerah dan pedesaan.”
Selain itu,
kegiatan festival juga di maksudkan untuk menggerakkan partisipasi komunikasi
desa dengan memperdayakan potensi melalui TIK secara cerdas, kreatif,
produktif, aktif dan inovatif.
Junaedi mengharapkan,
dengan memanfaatkan TIK di desa-desa, maka akan menjadi penunjang bagi
pertumbuhan ekonomi, pariwisata, dan dunia usaha di Kabupaten Pemalang. Melalui
agenda yang telah disiapkan, seperti dialog interaktif bersama Gubernur Jawa
Tengah, Dirjen Aptika-Kemkominfo, Bupati Pemalang, Kemendesa PDTT, Deputi
Bidang Pengembangan Pasaran Pariwisata Nusantara.maka seluruh peserta dapat
memetik pelajaran dan ilmu yang sangat berharga dan nantinya dapat diterapkan
di desa masing-masing.
Acara festival
juga akan diisi dengan kegiatan workshop
dengan peserta para petani nnline, nelayan nnline, dan UMKM online. Kegiatan ini
ditempatkan di tiga desa yang mempunyai view desa wisata, yaitu Desa Gambuhan,
Desa Karangsari dan Desa Cikendung. Setelah itu peserta di ajak
menyaksikan Festival Wong Gunung, yang akan disajikan oleh 12 Desa di Kecamatan
Pulosari.
Dengan semangat kerjasama dan
saling mendukung, kata bupati, “mari kita wujudkan secara bersama desa berbasis
TIK di desa kita masing-masing. Dengan dukungan infrastruktur
yang terus dibangun oleh pemerintah terutama
Infrastruktur telekomunikasi di
berbagai daerah, khususnya daerah - daerah dan desa yang berada di
pinggiran atau batas negara Indonesia, agar dapat diformulasikan sebuah
ekosistem TIK yang handal dan berkelanjutan di tingkat desa.”
Semoga saja, kata Bupati Junaedi, dalam
waktu dekat seluruh masyarakat yang berada di berbagai daerah, bahkan di
daerah terpencil dapat mengakses internet. Sehingga mereka dapat
berkreasi, berinovasi dan memberikan kontribusi positif serta memunculkan dan
menguatkan gotong royong dalam pembangunan desa yang pada akhirnya juga
menguatkan dan membangun Indonesia dalam kerangka negara kesatuan seperti yang
dicita-citakan presiden.
Desa bukan obyek
Masih dalam
acara yang sama, Direktur Pemberdayaan Industri Informatika Kominfo, Septriana
Tangkary,SE.MM mengungkapkan, Festival Destika sudah berlangsung sebanyak lima
kali. Sebelum di Pemalang, acara serupa telah berlangsung di Banyumas, Jawa
Tengah (2013), di Majalengka, Jawa Barat (2014), di Belitung Timur, Bangka
Belitung (2015), dan di Jayapura, Papua
(2016).
Kegiatan festival ini, kata dia, dimaksudkan
untuk meningkatkan sinergitas program kerja antara pemerintah pusat, pemerintah
daerah, pemerintah desa dan relawan pemberdayaan desa-desa yang berbasis TIK.
Sesuai dengan dengan tema yang diangkat dalam acara
destika tahun ini, Sudah saatnya desa-desa mulai bangkit bekerja sesuai
Nawacita, terang Septriana. Yakni, membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
Desa bukan hanya menjadi obyek pembangunan
tetapi harus menjadi subyek pembangunan. Desa diharapkan terlibat di dalam
pembangunan bangsa, karena desa adalah bentuk pemerintahan terkecil yang ada
dalam negara. Desa juga harus mandiri dalam segala hal termasuk pengelolaan
potensi desa, perencanaan pembangunan desa, dan pelayanan masyarakat desa
dengan memanfaatkan TIK. Festival Destika 2017 diharapkan menjadi titik
kebangkitan desa-desa menjadi jalan perubahan untuk Indonesia yang
berdaulat, mandiri dan berkepribadian, ucapnya.
Saat ini, singkap Septriana, Kementerian
Kominfo telah menjalin kerja sama dengan Pengelola Nama Domain Indonesia
(Pandi) untuk membagikan satu juta domain berakhiran
.id secara gratis. Pada tahun 2017 ini sudah terealisasi 40.000 nama
domain yang dibagikan.
Progam satu
juta domain gratis ini, dirancang untuk kategori e-commerce,
UMKM, sekolah, pesantren,
komunitas dan desa.
Sedangkan terkait dengan Sistem
Informasi Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan, tambahnya, Kemenkominfo
bekerjasama dengan para penggiat pemberdaya desa, LSM, dan Relawan TIK, berkomitmen
mendorong tersedianya platform aplikasi Sistem Informasi Desa dan Kawasan.
Selain itu Kemenkominfo melalui
Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika juga memiliki program prioritas,
diantaranya adalah: UMKM Go Online, Petani dan Nelayan Go Online, 1000
Technopreneur, Siber Kreasi dan 1 Juta Domain.
Dengan kemajuan teknologi,
paparnya, masyarakat pedesaan akan mampu mengukur seberapa jauh pekerjaan yang
akan di tempuh dan seberapa besar hasil yang akan di dapat.
Sekarang
jumlah destika sudah menyentuh angka sekitar 75 ribu desa, hanya dengan
menggerakkan aplikasi semua sudah terhubung.Bisa dihitung, berapa banyak
anggaran yang dapat menghemat. Itulah salah satu manfaat yang dapat dipetik desa-desa
yang telah memiliki jaringan destika.(misbah/mus)
Tidak ada komentar