Mengenal Lebih Dekat Sosok Kades Sukamakmur H. Muhammad Ansori, SE
Kades Sukamakmur H. Muhammad Ansori, SE |
Tidak usah ditanya lagi, bagaimana kepedulian kepala desa yang satu ini dalam melayani warga. Tidak hanya di kantor, ketika hari libur berada di rumah pun, ia tak segan mengulurkan tangan untuk memberikan bantuan pada warga yang datang. Maka tidak heran, bila masyarakat desa sangat dekat dengan dia.
Menjadi
polisi adalah cita-cita yang diimpikan sedari kecil. Ia begitu senang dan
bangga bila melihat seorang polisi yang berseragam lengkap, dengan menyandang
pistol di pinggang. “oooh betapa gagahnya. Aku akan jadi seperti dia kalau
besar nanti,” begitulah gunamnya dalam hati.
Bila akhirnya, cita-cita itu tidak kesampaian dan malah menjadi kepala
desa, untuk memimpin masyarakat di tempat kelahirannya, itulah perjalanan
hidup. Ia memaknainya sebagai suratan takdir dari Allah yang mesti dijalani.
Demikianlah sepenggal kisah yang
dituturkan H. Muhammad Ansori, SE, yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua
Asosiasi Pemerintahan
Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Kabupaten Bogor.
Sekarang ini adalah periode kedua (2013-2019) dirinya memangku jabatan sebagai
Kepala Desa (Kades) Sukamakmur, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor.
Sedangkan, periode pertama untuk masa bakti 2007-20013, menurut pengakuannya, dapat
dilalui dengan baik. Hal itu dibuktikan, di masa kepemimpinan, pada 2009, Desa Sukamakmur
meraih penghargaan sebagai desa yang membayar Pajak Bumi dan Bangunan terbaik,
karena 100 persen warga membayar PBB.
Setahun kemudian
(2010) Ansori dinobatkan sebagai Kelapa Desa Terbaik se-Kabupaten Bogor. Dan,
masih banyak lagi prestasi yang digapainya. Namun, ia mengaku dari semua penghargaan
yang diterimanya itu biasa-biasa saja. Dirinya baru merasa bangga jika dapat
membantu warganya yang mengalami kesulitan.
Foto: Istri beserta keempat putra putri |
Sebenarnya,
tidak berlebihan apa yang disampaikannya itu. Sebab, keinginannya menjadsi
kepala desa, baru timbul setelah ia melihat kondisi desa tidak ada perubahan
yang berarti, sejak dirinya kecil hingga dewasa.
“Saya teringat, sekitar tahun 1992, ketika
saya masih duduk di bangku SMP. Waktu saya harus berjalan sangat jauh untuk
sampai di sekolah. Apabila musim hujan, jalanan menjadi becek dan penuh lumpur
sehingga sulit untuk dilalalui. Maka, ketika musim hujan tiba, biasanya banyak
murid yang tidak masuk sekolah,” kenang Ansori sembari bercerita, bahwa dirinya
sudah menjadi anak piatu sejak berumur lima tahun, karena ibunya sudah
dipanggil Sang Khalik ketika melahirkan adik keduanya, pada tahun1985.
Sebagai anak sulung dari tiga
bersaudara, ia sudah terbiasa berbagi makanan, mainan dan apa saja dengan dua
adiknya. Ansori juga mendapat tugas untuk menjaga kedua adiknya serta membantu mereka
bila mengalami kesulitan. Barangkali, kebiasaan sejak kecil yang telah terbiasa
melayani kedua adiknya, akhir terbawa hingga kini, ketika dirinya menjadi
kepala desa. Ia dengan senang hati
melayani seluruh warga, tanpa memperhitungan waktu dan tempat.
Sebagai putera asli Desa Sukamakmur,
kelahiran 16 Okober 1980. Ansori paham seratus persen akan perkembangan yang
terjadi didesanya. “Saya harus jujur katakan, sejak saya kecil hingga saya
dewasa, belum ada perubahan yang berarti di desa. Jalan masih tanah dan merubah
menjadi seperti sawah kalau musim hujan. Sekolah tetap belum memadai, anak-anak
yang ingin sekolah di SMP atau SMA harus menempuh perjalanan berpuluh kilo
meter, Bahkan tidak jarang yang harus meninggalkan desa untuk melanjutkan
sekolah ke jenjang lebih tinggi.”
Tidak hanya sekolahan saja yang belum ada
di desa, balai pengobatan desa atau puskemas juga belum tersedia. Jadi bila ada
warga yang sakit harus pergi ke kota atau desa lain untuk berobat. Padahal,
sarana transpotasi juga belum tersedia, dan masih jarang penduduk yang memiliki
kendaraan bermotor.
Melihat tidak adanya perkembangan dari
tahun ke tahun, padahal pemimpin desa atau kepala desa sudah sering berganti,
membuat Ansori merasa terpanggil untuk membangun Desa Sukamakmur menjadi desa
yang maju. Saat itulah, sekitar tahun 2006, terbesit keinginan untuk mencalonkan diri
sebagai kepala desa.
Tetapi dirinya paham betul, untuk
mencalonkan diri sebagai kepala desa harus memiliki banyak uang, sementara dirinya tidak punya. Mengingat,
kala itu profesi adalah pedagang sayuran. Padahal, hanya kepala desalah yang
bisa membawa desa menjadi lebih baik dan lebih maju.
“Ya, sejak kelas dua SMA saya sudah mulai
berdagang sayur. Untuk bayar sekolah dan membantu keperluan adik-adik.
Mula-mula saya hanya menjual sayur di desa, kemudian ia bisa menjadi pengepul
sayuran di desa, dan kemudian menjualnya ke Pasar Induk Kramatjati, Jakarta.
Meski begitu, uang tabungan hasil dagang sayuran, jelas tidak cukup untuk
membiayai keinginan maju sebagai kepala desa.”
Seiring perjalanan waktu, keinginannya untuk menjadi kades tidak bisa surut,
bahkan semakin bergemuruh dan bergejolak sangat kuat di dalam dada. “Tidak
tahan dengan suara hati yang ingin mengubah Desa Sukamakmur menjadi desa maju. Saya
mulai putar otak, bagaimana cara bisa mencalonkan diri sebagai kades dengan
biaya murah.”
Dia yang kini telah dikarunai empat anak,
dua putri dan dua putra. Dimana putri sulungnya telah duduk di bangku kelas
satu SMK Penerbangan Atang Sanjaya Bogor, melanjutkan kisahnya, “ketika awal 2007
akan diadakan pemulihan kades baru, saya mulai berbicara dengan teman-teman
yang bisa membantu. Saya kumpulkan mereka, dan mereka saya ajak mendatangi tiap
rumah warga, untuk memberitahukan keinginan saya menjadi calon kades dan tentu
saja sambil berpesan agar memilih saya saat pemilihan nanti.”
Butuh waktu sangat lama, ungkap Ansori,
namun hasil sangat sepadan. “Waktu pemilihan kades pada 2013, ada tiga kandidat
yang mencalonkan. Satu diantaranya adalah incumbent
atau petahana. Saya hanya tidak berharap banyak akan hasilnya, mengingat saya
tahu persis kekuatan dua kandidat lain.”
Di luar prediksi banyak orang, ternyata
dirinyalah yang keluar sebagai pemenang, dengan perolehan suara sekitar 60
persen. Dan, ketika masyarakat memintanya kembali untuk mencalonkan kembali
untuk peroiode kedua tahun 2013, dia mendapat suara 75 persen lebih.
“Sekarang saya sudah bisa mewujudkan keinginan saya
untuk membawa perubahan Desa Sukamakmur. Saya sudah menbangun banyak jalan,
sekolah saya dirikan mulai dari SD, SMP, dan SMK. Puskemas, kantor polisi,
kantor desa, pasar dan fasilitas lain bagi masyarakat desa sudah ada. Kiranya
sudah cukup bagi saya menjadi Kades Sukamakmur selama dua periode. Dan, saya
mohon maaf kepada seluruh warga, pada 2019 nanti, ketika saya sudah purna bakti, saya tidak bersedia
dicalonkan kembali. Biar generasi nuda berikutnya yang meneruskan.”
Cita-cita
luhur yang dibarengi kerja keras, telah dilakukan. Keinginannya untuk membawa
Desa Sukamakmur menjadi lebih maju telah terwujud. Kini, anak-anak tidak perlu
jauh-jauh untuk bersekolah. Selama kepemimpinannya, Kades Ansori sudah berhasil
memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Tidak heran bila dia menjadi
sosok pemimpin yang dicintai warga.(tim liputan pdn/b03)
Tidak ada komentar